Sinetron

On Selasa, 31 Mei 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / Reply
“Ari.”

“Mia.”

Tangannya kasar.

“Kuliah dimana?”

“Oh. Nggak...”

Diam.

“Eh—kerja?”

Lo. Malah ketawa dia.

“Nggak juga. Saya baru lulus SMA dan sekarang masih nyari kerjaan.”

“Oh.”

Jadi nggak enak. Diam dulu.

“Loe? Kuliah?”

“Oh—iya, gue.”

“Di...?”

“Bandung.”

Masih melihat kepadaku. Seperti menunggu kelanjutan informasi.

Duh, kok jadi nggak enak ngomongnya? Tapi,

“Perminyakan ITB.”

kataku akhirnya.

Jawabnya klise:

“Wah! Hebat, pintar dong, ya.”

Balasku tidak mau kalah klise:

“Ah, nggak juga. Biasa saja.”

“Dulu SMA dimana?”

“Oh. Di—“

NGEEENG. Motor lewat.

“Oh, swasta, toh. Deket rumah dong, ya.”

“Iya, lumayan. Loe?”

“Gue—“

BRRRRM.

“Oh. Lebih deket lagi!”

Ketawa ringan.

“Iya.”

Selanjutnya bicara tentang Teknik Perminyakan ITB, sebentar. Budaya SMA, sebentar. Buku, sebentar. Film, agak lama.

“Eh—Pak, saya turun di sini saja.”

Lo? Padahal lagi ngobrolin Pintu Terlarang.

“Eh, gue duluan, ya!”

“Oh, oke—kok turun di sini? Katanya rumahnya di...?”

“Ini, mau ngelamar kerja.”

“Oh—! Good luck!”

Senyum.

“Makasih!”

Lambai.

Pergi.

Cih.

***

“Aduh, anak Bandung! Akhirnya pulang juga!”

“Halo, Ma.”

“Nyasar kemana, sih? Lama amat nggak pulang-pulang!”

Dipeluk. Rambut diacak-acak.

“Punya pacar, ya...!?”

“Nggak, Ma.”

“Yah, payah, ah.”

Sebal.

“Ya, udah. Itu kalau makan langsung ambil aja, ya. Mama mau pergi dulu.”

Lo? Katanya kangen. Sekarang ditinggal.

“Ye. Kemana?”

“Ah, kepo. Mau tau aja.”

A—

“Belajar dari mana itu kata?”

Mengedip gaul.

“Maa! Mau kemana?”

“Mau ketemu calon pegawai baru, buat jagain butik!”

“Hah?”

“Mau ngewawancara kerja. Kan si Emi keluar tuh, hamil.”

Suaranya mengecil.

“Semuanya aja hamil. Untung dapet orang baru...”

Dan mengecil.

“...Mia apa siapa...”

Hah. Mia apa siapa.

“Daaah!”

“...Dah.”

Kecil

amat

dunia.

Reply