Archive for 04/01/2011 - 05/01/2011

Lem

On Kamis, 14 April 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / No Comments
Karena bosan, ia mengambil botol lem yang ada di mejanya. Dalam diam, dia menaruh segumpal lem putih itu di ibujarinya. Rasanya dingin. Lalu ia tempelkan ibujarinya dengan telunjuknya. Lalu ia pisahkan kedua jarinya, lalu didekatkan lagi. Pisahkan, dekatkan, pisahkan, dekatkan.

Sampai akhirnya lem itu berubah bentuk, menjadi seperti sarang laba-laba.

Lalu dia bosan dan pergi mencuci tangan.

Silakan

On Rabu, 13 April 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / No Comments
Ruangan tua. Ruang tamu. Sinar matahari pagi. Sendirian. Sejuk. Embun. Oma. Sofa. Kayu. Anggrek ungu ditaruh di vas Cina. Piyama. Komik. Kue jahe. Teh manis hangat. Tirai. Anjing tua. Jendela besar hanya ditutupi kasa. Krem, cokelat tua, dan marun. Lampu bulat peninggalan tahun 1950an. Rumput hijau di luar, minta diajak bermain.

Radio bernyanyi: alto diiringi piano.

(Silakan buat sendiri ceritanya.)

"Selamat Ulang Tahun"

On Minggu, 10 April 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / No Comments
Ulang tahun adalah momen yang dianggap berharga oleh kebanyakan orang. Seperti nasi goreng yang ada telurnya: spesial. Mungkin karena di hari ulang tahunmu, kamu menjadi pusat perhatian di lingkunganmu, dan, selidik punya selidik, rupanya manusia butuh perhatian.

Hari ini ada yang berulang tahun.

Dan aku ingin menjadikan hari ini spesial baginya. Untuk alasan apa, aku juga tidak tahu. Aku tidak sayang-sayang amat padanya, kurasa, walaupun aku tidak benci juga. Memang kadang-kadang, kalau dia sedang keras kepala, rasanya aku muak sekali dengannya. Rasanya ingin kuhapuskan saja namanya dari muka bumi.

Tapi, ya, sudahlah.

Sekarang ini kue sudah dibeli, tiramisu--kesukaannya, dan lilin berbentuk "21" sudah dinyalakan. Aku duduk di balkon kamarku di lantai dua, menatap jam tangan digitalku.

23:59

00:00

Aku tiup lilinku. Dua mati, disusul satu.

"Selamat ulang tahun," kataku.

Pak Soesilo

On Kamis, 07 April 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / No Comments
Aku memandang wajah tua itu. Rambutnya kelabu--perak, agar lebih dramatis--dan garis-garis di wajahnya turun. Matanya masih berbicara banyak; ia belum mati. Tapi, oh, raganya. Raganya seperti sudah siap dibedaki, diberi jas rapi, diminyaki, lalu di masukkan ke kotak dua kali satu.

Berhenti acuh sejenak akan apapun yang dia katakan dan aku mulai berimajinasi. Aku kaget, imajinasiku yang ini seperti nyata. Kulit-kulitnya yang turun perlahan naik. Perutnya yang buncit menjadi rata. Ia meninggi sedikit. Rambutnya hitam lagi.

Aku habiskan waktu untuk membayangkan Pak Soesilo kembali muda lagi.

Hari-hari Fajar

On Selasa, 05 April 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / No Comments
Fajar terbangun pagi-pagi. Waktu itu ayam belum bangun untuk berkokok dan matahari belum kelihatan, tapi Fajar sudah beranjak dari tempat tidurnya; langsung menuju komputernya.

Lalu dia bermain internet.

Lalu dia bermain internet.

Lalu dia bermain internet.

Begitu sadar, ayam sudah tidur lagi dan matahari sudah hilang lagi. Lalu Fajar tidur.

Gemas

On Minggu, 03 April 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / No Comments
Pada suatu hari, seorang kakek tua berjalan pelan-pelan di kaki lima.

Ma... Ma... Ma...

Karena matanya rabun ia tidak melihat sebuah batu di depannya, dan ia pun terjatuh.

Tuh... Tuh... Tuh...

Seorang ibu-ibu gendut bergegas menghampiri si kakek tua dan membantunya berdiri; si kakek tersenyum memperlihatkan gigi ompongnya dan berkata, Terima kasih.

Sih... Sih... Sih...

Djajoes

On Jumat, 01 April 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / No Comments
Pada suatu hari, aku bertemu dengannya di persimpangan jalan. Kami berbasa-basi sebentar, lalu kubilang, Aku harus pergi. Aku hendak pergi, tapi dia menahanku. Katanya, Aku punya lelucon yang sangat lucu, kau harus dengar...! Maka berceritalah dia.

Leluconnya tidak lucu, tapi aku paksakan tertawa. Ha! Ha! Ha! Ah! Ah! Ah!

Sampai rahangku sakit.

Semua karena lelucon yang tidak lucu.