Keluhan Kecil Seorang Siswi Nakal

On Kamis, 01 September 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / Reply

“Wiiiinaaaaa!”

Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aroma aneh menyengat yang selalu ia bawa itu. Seperti bau bawang merah dan cabai-cabaian. Uh. Tapi, apa daya, aku terpaksa berhenti juga.

“Ya, Bu.”

Ia menurunkan kacamatanya sedikit dan mengamatiku dengan mata yang disipitkan. Layaknya burung elang yang siap menyantap mangsanya.

“Kamu hafal peraturan sekolah nomor 5A, kan?”

Aku menarik nafas, “Ya, Bu.”

“Coba,” ia mengangguk kecil sambil terus menatapku.

“’Rok minimal lima sentimeter di bawah lutut’,” ucapku, keras dan bosan.

“Rokmu berapa itu, Nak?”

“...di atas lutut, Bu.”

“—Jadi! Harus diapakan itu, Nak?”

Aku memutar bola mataku, “Dedel, Bu.”

Aku melihat seringai di wajahnya yang kejam saat ia mengeluarkan pisau lipatnya, dan sumpah-mati ekspresinya mirip Chucky di adegan terseram. Ia memberikan pisau lipatnya kepadaku dan aku pun mendedel rokku untuk yang kesekian kalinya. Ketika akhirnya bel masuk kelas berbunyi, aku menghela nafas lega dan berjalan menjauh. Aku tidak pernah suka dengan bau bawang merah dan cabai-cabaian. Dan, sumpah-mati, wanita itu benar-benar beraroma seperti itu.

Tidak heran dia tidak punya suami.

Reply