Keluhan Kecil Seorang Siswi Nakal
“Wiiiinaaaaa!”
Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aroma aneh menyengat yang selalu ia bawa itu. Seperti bau bawang merah dan cabai-cabaian. Uh. Tapi, apa daya, aku terpaksa berhenti juga.
“Ya, Bu.”
Ia menurunkan kacamatanya sedikit dan mengamatiku dengan mata yang disipitkan. Layaknya burung elang yang siap menyantap mangsanya.
“Kamu hafal peraturan sekolah nomor 5A, kan?”
Aku menarik nafas, “Ya, Bu.”
“Coba,” ia mengangguk kecil sambil terus menatapku.
“’Rok minimal lima sentimeter di bawah lutut’,” ucapku, keras dan bosan.
“Rokmu berapa itu, Nak?”
“...di atas lutut, Bu.”
“—Jadi! Harus diapakan itu, Nak?”
Aku memutar bola mataku, “Dedel, Bu.”
Aku melihat seringai di wajahnya yang kejam saat ia mengeluarkan pisau lipatnya, dan sumpah-mati ekspresinya mirip Chucky di adegan terseram. Ia memberikan pisau lipatnya kepadaku dan aku pun mendedel rokku untuk yang kesekian kalinya. Ketika akhirnya bel masuk kelas berbunyi, aku menghela nafas lega dan berjalan menjauh. Aku tidak pernah suka dengan bau bawang merah dan cabai-cabaian. Dan, sumpah-mati, wanita itu benar-benar beraroma seperti itu.
Tidak heran dia tidak punya suami.
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia