Pembawa Berita (1)
Seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya, kali ini juga aku tidak dipersilakan masuk. Ria hanya memandangku sekilas tanpa membuka pagar, membelakangiku, dan pelan-pelan berjalan masuk ke rumahnya. Tapi aku mengerti bahwa ia sedang mengisyaratkan aku untuk ikut masuk.
“Pakde di mana, Ri?”
“Pakde,” Ria mengulang kata itu pelan-pelan. “Ke luar negeri seminggu ini, Jo.”
“Oh. Oke.”
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Rumah sepupuku ini begitu luar biasa. Sekilas memang terlihat seperti rumah biasa, tapi kalau dilihat lebih rinci, kau akan menangkap hal-hal yang tidak biasa. Di rumah ini, hampir semua perabotannya dibuat sendiri oleh Ria. Peralatan makan, kursi, meja, tirai, karpet, dan teralis jendela... semuanya tidak mengikuti standar toko yang biasa.
“Minum, Kak?” Ria menatapku dengan mata yang tidak bisa dibaca. Ramah, tapi tidak juga. Disodorkannya mug buatannya sendiri, yang berwarna merah menyala, kepadaku.
“Boleh. Terima kasih.”
Sambil duduk di sofa yang tidak terlalu nyaman, aku menatap Ria dengan latar belakang dinding yang ia cat sendiri. Ia terlihat begitu cocok dengan semua ini. Rasanya tidak tega aku memberi tahunya kalau Pakde sudah menjual rumahnya.
(bersambung)
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia