Archive for 11/01/2011 - 12/01/2011
Min, Temanku
On Jumat, 11 November 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
3 Comments
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang emas itu.
"Pemberhentian berikutnya: Monumen nasional."
"Kita turun di sini ya, Cik?"
"Iya, Min."
Min itu temanku, yang sedang berjalan di depanku, di pagi hari yang cerah ini. Ada beberapa keluarga muda sedang jalan-jalan pagi di sekitar kami.
Tidak sampai hati aku, mengatakan kepadanya.
Maka kami berjalan terus. Seakan tidak terjadi apa-apa. Seakan aku tidak melihat apa-apa. Kami berjalan terus.
Pagi ini sama seperti pagi lainnya. Beberapa orang sinis akan berkata, Ini hari bosan biasa, tapi orang-orang seperti Min akan berkata,
"Hari yang cerah!"
"Iya," aku menimpali seadanya. Aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku tidak bisa turut menikmati. Tapi aku juga tidak sampai hati.
"Foto, yuk!"
"Oke."
Cklek.
Beberapa menit berlalu dan matahari sedikit lebih frontal memamerkan jati dirinya. Min mengidekan untuk duduk sebentar dan minum. Aku manggut-manggut saja.
Kami duduk di atas rumput, mengunyah dan meneguk dalam diam.
"Min?"
"Ya?"
Ia terlihat ceria.
"Ng..."
Ada belek besar di ujung mata kirimu.
"...Tidak apa-apa."
"Pemberhentian berikutnya: Monumen nasional."
"Kita turun di sini ya, Cik?"
"Iya, Min."
Min itu temanku, yang sedang berjalan di depanku, di pagi hari yang cerah ini. Ada beberapa keluarga muda sedang jalan-jalan pagi di sekitar kami.
Tidak sampai hati aku, mengatakan kepadanya.
Maka kami berjalan terus. Seakan tidak terjadi apa-apa. Seakan aku tidak melihat apa-apa. Kami berjalan terus.
Pagi ini sama seperti pagi lainnya. Beberapa orang sinis akan berkata, Ini hari bosan biasa, tapi orang-orang seperti Min akan berkata,
"Hari yang cerah!"
"Iya," aku menimpali seadanya. Aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku tidak bisa turut menikmati. Tapi aku juga tidak sampai hati.
"Foto, yuk!"
"Oke."
Cklek.
Beberapa menit berlalu dan matahari sedikit lebih frontal memamerkan jati dirinya. Min mengidekan untuk duduk sebentar dan minum. Aku manggut-manggut saja.
Kami duduk di atas rumput, mengunyah dan meneguk dalam diam.
"Min?"
"Ya?"
Ia terlihat ceria.
"Ng..."
Ada belek besar di ujung mata kirimu.
"...Tidak apa-apa."
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia