Archive for 10/01/2011 - 11/01/2011
Hati-Hati, Pelan-Pelan
On Sabtu, 22 Oktober 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
No Comments
Hati-hati...
Pelan-pelan...
Kubuka laci dengan hati-hati, dan kuambil sebungkus biskuit Selamat. Lalu kumakan dengan pelan-pelan.
Hati-hati...
Pelan-pelan...
Kubuka laptopku dengan hati-hati dan mulai mengetik laporanku dengan pelan-pelan.
Hati-hati...
Pelan-pelan...
Aku membuka jendela dengan hati-hati,
dan menaruh buku dengan pelan-pelan.
Hati-hati...
Pelan-pelan...
Segalanya berjalan lancar, sampai ponselku berbunyi dan aku mengangkatnya dengan tidak pelan-pelan dan memegangnya dengan kurang hati-hati.
"Ah," kataku pada yang menelepon. "Lu sih. Rusak deh kuteks gue."
Pelan-pelan...
Kubuka laci dengan hati-hati, dan kuambil sebungkus biskuit Selamat. Lalu kumakan dengan pelan-pelan.
Hati-hati...
Pelan-pelan...
Kubuka laptopku dengan hati-hati dan mulai mengetik laporanku dengan pelan-pelan.
Hati-hati...
Pelan-pelan...
Aku membuka jendela dengan hati-hati,
dan menaruh buku dengan pelan-pelan.
Hati-hati...
Pelan-pelan...
Segalanya berjalan lancar, sampai ponselku berbunyi dan aku mengangkatnya dengan tidak pelan-pelan dan memegangnya dengan kurang hati-hati.
"Ah," kataku pada yang menelepon. "Lu sih. Rusak deh kuteks gue."
(ini bukan fiksi, sih)
On Jumat, 14 Oktober 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
No Comments
Setelah melihat beribu masa kecil diganti dengan acara rutin mengamen di jalan, borok dan cacat meminta-minta, pengemis yang bandel dan jago main peran, bencong, pelacur, serta kekayaan alam nusantara yang buat sia-sia,
Bisa, aku, berkomentar tulus dan menyentuh. Bisa, aku, berhenti untuk mereka sekali-kali, sekadar mengobrol atau memberi sedekah. Bisa, aku, menangis haru seiring dengan lagu latar di sebuah dokumenter yang dibuat dengan lihai,
Tapi kuputuskan hatiku terlalu kecil untuk melakukan lebih dari itu.
Tuhan, aku minta hati-Mu.
(...tapi ini bukan fiksi, sih)
Bisa, aku, berkomentar tulus dan menyentuh. Bisa, aku, berhenti untuk mereka sekali-kali, sekadar mengobrol atau memberi sedekah. Bisa, aku, menangis haru seiring dengan lagu latar di sebuah dokumenter yang dibuat dengan lihai,
Tapi kuputuskan hatiku terlalu kecil untuk melakukan lebih dari itu.
Tuhan, aku minta hati-Mu.
(...tapi ini bukan fiksi, sih)
Seekor Anjing dan Tuannya
On Kamis, 13 Oktober 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
No Comments
Anjing kampung itu terlihat lelah. Ia berputar-putar, mencari air dengan membabi buta, tapi tak ditemukannya. Lidahnya dijulurkan keluar. Ia memandang tuannya dengan penuh harap.
"Tuan, mau ke mana kita sekarang?" tanya anjing itu kepada tuannya. "Aku haus sekali. Dari tadi kita berjalan tanpa berhenti. Tuan bisa sekali-kali minum dari botol plastik itu, tapi aku? Lagipula tadi kan Tuan baru saja menyuruh aku menangkap bola yang dilempar jauh-jauh. Capek sekali, Tuan..."
Pria yang memegang ujung tali lehernya itu menoleh dan berdecak sebal, "Diam, ah! Gonggong melulu!"
"Tuan, mau ke mana kita sekarang?" tanya anjing itu kepada tuannya. "Aku haus sekali. Dari tadi kita berjalan tanpa berhenti. Tuan bisa sekali-kali minum dari botol plastik itu, tapi aku? Lagipula tadi kan Tuan baru saja menyuruh aku menangkap bola yang dilempar jauh-jauh. Capek sekali, Tuan..."
Pria yang memegang ujung tali lehernya itu menoleh dan berdecak sebal, "Diam, ah! Gonggong melulu!"
Pada Suatu Minggu Pagi Yang Cerah, Aku Pergi ke Dufan untuk Naik Wahana Baru
On Sabtu, 01 Oktober 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
No Comments
Seperti saat perempuan berjanggut
dan laki-laki bertetek,
juga seperti ikan terbang tinggi
dan burung menyelam.
Terbalik-balik.
Terbolak-balik.
Terbolak-bolak.
dan laki-laki bertetek,
juga seperti ikan terbang tinggi
dan burung menyelam.
Terbalik-balik.
Terbolak-balik.
Terbolak-bolak.
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia