Lawan Bicara
On Jumat, 11 Maret 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
Reply
"Iya, jadi gitu deh, La... Eh, gantian deh, loe yang cerita, masa gue melulu."
Ola mengetuk-ngetukkan giginya--kebiasaan yang ada padanya entah sejak kapan--tanda sedang berpikir.
Rasanya ingin juga dia cerita. Tapi, Ola memang bukan orang yang dengan mudah menelanjangi dirinya di depan orang lain. Ia berpikir dua, tiga, bahkan empat kali sebelum menceritakan rahasia ataupn pikirannya pada orang lain.
Apalagi ini Karina, teman yang baru dikenalnya sekitar dua bulan. Dua bulan yang intens memang--takdir membuat mereka sering mengobrol dan makan bareng--meski begitu, ya, tetap saja baru dua bulan.
Tapi lidah Ola gatal. Dan rasa gatal, seperti yang mungkin Anda semua pernah alami, adalah dorongan yang sangat kuat untuk melakukan sesuatu.
"Eh, iya nih, gue mau cerita, Na," Ola berkata pelan, tanpa menatap mata lawan bicaranya.
"Kenapa, kenapa?" Karina, sebaliknya, langsung menghadapkan tubuhnya ke arah Ola, dan menatap lawan bicaranya.
"Iya... Jadi waktu itu gue--eh, lo tau nggak sih toilet yang paling ujung itu? Yang ada di sebelah laboratorium?"
"Oh, tau! Eh, tau nggak sih loe, itu kan katanya banyak hantunya...!"
"Iya, nah gue--"
"--Eh, jadi masa ya, si Geri cerita, waktu itu dia masuk ke situ sendirian. Padahal si Ihsan gitu-gitu udah ngebilangin, tapi biasalah, si Geri sok berani gitu. Terus, ya, pas dia abis pipis... katanya dia ngerasa ada yang manggil namanya gitu! Suara cewek! Ih, serem banget!"
Ola manggut-manggut. "Iya, ya, setahu gue juga berhantu. Eh, tapi bukan itu. Jadi gue kan lagi lewat di situ, terus gue ketemu--"
"--Kalo si Hana lebih parah lagi, tau nggak! Dia kan lagi nyisir di situ, sendirian, terus..."
Cerita berlanjut (pada akhir dialog yang nyaris monolog itu, Ola mengetahui paling tidak enam jenis hantu yang berdiam di toilet ujung dekat laboratorium).
Ola mengetuk-ngetukkan giginya--kebiasaan yang ada padanya entah sejak kapan--tanda sedang berpikir.
Rasanya ingin juga dia cerita. Tapi, Ola memang bukan orang yang dengan mudah menelanjangi dirinya di depan orang lain. Ia berpikir dua, tiga, bahkan empat kali sebelum menceritakan rahasia ataupn pikirannya pada orang lain.
Apalagi ini Karina, teman yang baru dikenalnya sekitar dua bulan. Dua bulan yang intens memang--takdir membuat mereka sering mengobrol dan makan bareng--meski begitu, ya, tetap saja baru dua bulan.
Tapi lidah Ola gatal. Dan rasa gatal, seperti yang mungkin Anda semua pernah alami, adalah dorongan yang sangat kuat untuk melakukan sesuatu.
"Eh, iya nih, gue mau cerita, Na," Ola berkata pelan, tanpa menatap mata lawan bicaranya.
"Kenapa, kenapa?" Karina, sebaliknya, langsung menghadapkan tubuhnya ke arah Ola, dan menatap lawan bicaranya.
"Iya... Jadi waktu itu gue--eh, lo tau nggak sih toilet yang paling ujung itu? Yang ada di sebelah laboratorium?"
"Oh, tau! Eh, tau nggak sih loe, itu kan katanya banyak hantunya...!"
"Iya, nah gue--"
"--Eh, jadi masa ya, si Geri cerita, waktu itu dia masuk ke situ sendirian. Padahal si Ihsan gitu-gitu udah ngebilangin, tapi biasalah, si Geri sok berani gitu. Terus, ya, pas dia abis pipis... katanya dia ngerasa ada yang manggil namanya gitu! Suara cewek! Ih, serem banget!"
Ola manggut-manggut. "Iya, ya, setahu gue juga berhantu. Eh, tapi bukan itu. Jadi gue kan lagi lewat di situ, terus gue ketemu--"
"--Kalo si Hana lebih parah lagi, tau nggak! Dia kan lagi nyisir di situ, sendirian, terus..."
Cerita berlanjut (pada akhir dialog yang nyaris monolog itu, Ola mengetahui paling tidak enam jenis hantu yang berdiam di toilet ujung dekat laboratorium).
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia