Dia Terbiasa
On Sabtu, 26 Februari 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
Reply
Hari ini semuanya biasa-biasa saja.
Bangun pagi dan merasa sepi; itu sudah biasa.
Makan pagi sekeluarga, tapi tidak sebagai keluarga; itu sudah biasa.
Membaca tentang pemerkosaan inses di koran; itu sudah biasa.
Ayah pergi tanpa pamit, ibu mengomel sama piring; itu sudah biasa.
Datang ke sekolah tidak ada yang menyapa; itu lebih biasa.
Dapat nilai tidak tinggi, dimarahi seadanya, diomeli secukupnya; itu sudah biasa.
Seribuan anak kecil dekil minta seribuan untuk makan; itu sudah biasa.
Tidak sengaja menonton berita tentang korupsi, kriminal, dan perselingkuhan; betapa sudah biasa.
Senang sejenak, tapi lalu bosan lagi; ah dia sudah terbiasa.
Malam itu dia duduk di kursi belajarnya yang bisa diputar, berputar-putar di kursinya sampai pusing, lalu berputar-putar lagi sampai lebih pusing. Ketika sampai pusing yang terpusing, ia berhenti sedetik lalu berputar-putar lagi ke arah sebaliknya.
Nah, ini baru, luar biasa.
Bangun pagi dan merasa sepi; itu sudah biasa.
Makan pagi sekeluarga, tapi tidak sebagai keluarga; itu sudah biasa.
Membaca tentang pemerkosaan inses di koran; itu sudah biasa.
Ayah pergi tanpa pamit, ibu mengomel sama piring; itu sudah biasa.
Datang ke sekolah tidak ada yang menyapa; itu lebih biasa.
Dapat nilai tidak tinggi, dimarahi seadanya, diomeli secukupnya; itu sudah biasa.
Seribuan anak kecil dekil minta seribuan untuk makan; itu sudah biasa.
Tidak sengaja menonton berita tentang korupsi, kriminal, dan perselingkuhan; betapa sudah biasa.
Senang sejenak, tapi lalu bosan lagi; ah dia sudah terbiasa.
Malam itu dia duduk di kursi belajarnya yang bisa diputar, berputar-putar di kursinya sampai pusing, lalu berputar-putar lagi sampai lebih pusing. Ketika sampai pusing yang terpusing, ia berhenti sedetik lalu berputar-putar lagi ke arah sebaliknya.
Nah, ini baru, luar biasa.
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia
Kintaka
-
▼
2011
(139)
-
▼
Februari
(25)
- Badut
- Teteup
- Dia Terbiasa
- Bangun Tidur Kuterus Bingung
- Ishak
- Pertama Kali bagi Mirna
- Sensasi
- (ADUH)
- Seperti
- (aduh)
- Lapar Mata
- Memperhatikan Awan, Itu, Seperti Mendengarkan Lagu
- (menunda...)
- Kalau Sampai Hari Punya Nama
- Pada Suatu Hari
- Pencuri
- Baik
- #!?@*#$!!?
- (duduk di tengah ramai...)
- Yang Majikan Tidak Pernah Tahu
- (...)
- Ngawang-Ngawang
- Asing Orang
- Jangan Meninggalkan Catatan Pribadi Sembarangan
- Terpotong
-
▼
Februari
(25)