Dia Terbiasa

On Sabtu, 26 Februari 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / Reply
Hari ini semuanya biasa-biasa saja.

Bangun pagi dan merasa sepi; itu sudah biasa.

Makan pagi sekeluarga, tapi tidak sebagai keluarga; itu sudah biasa.

Membaca tentang pemerkosaan inses di koran; itu sudah biasa.

Ayah pergi tanpa pamit, ibu mengomel sama piring; itu sudah biasa.

Datang ke sekolah tidak ada yang menyapa; itu lebih biasa.

Dapat nilai tidak tinggi, dimarahi seadanya, diomeli secukupnya; itu sudah biasa.

Seribuan anak kecil dekil minta seribuan untuk makan; itu sudah biasa.

Tidak sengaja menonton berita tentang korupsi, kriminal, dan perselingkuhan; betapa sudah biasa.

Senang sejenak, tapi lalu bosan lagi; ah dia sudah terbiasa.

Malam itu dia duduk di kursi belajarnya yang bisa diputar, berputar-putar di kursinya sampai pusing, lalu berputar-putar lagi sampai lebih pusing. Ketika sampai pusing yang terpusing, ia berhenti sedetik lalu berputar-putar lagi ke arah sebaliknya.

Nah, ini baru, luar biasa.

Reply