Jangan Meninggalkan Catatan Pribadi Sembarangan
On Rabu, 02 Februari 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
Reply
Ada sebuah buku tulis terletak di atas meja belajarku. Ini meja belajarku; bukan meja belajar Ani, teman sebangkuku. Tapi itu bukan bukuku, itu buku Ani.
Itu buku catatan pribadi Ani, ketinggalan.
***
Bagiku, Ani tidak terlihat seperti orang yang menulis catatan pribadi setiap hari. Aku kira cuma orang-orang yang terlihat pendiam dan pintar atau kebanyakan baca Princess Diaries yang melakukannya. Ani tidak seperti itu--ia banyak bicara dan sering tertawa keras-keras. Walaupun belakangan aku menyadari, dengan agak ngeri, bahwa ia tidak pernah bicara tentang dirinya dan ia tidak selalu tertawa dari hatinya.
Ani punya banyak teman. Tapi lebih merupakan teman-halo atau teman-ayo, bukan teman dalam masalah atau semacamnya. Aku juga tidak punya teman yang sebegitu dapat kuandalkan sih, memang tidak seperti kartun-kartun Disney--tapi entahlah. Kehadiran si Ani teman sebangkuku ini terlihat kesepian.
Semakin hari aku semakin pandai melihat bentuk-bentuk topeng yang dia pakai.
Aku penasaran juga, sebenarnya, apa yang dia pikirkan.
Aku ingin tahu juga, sebenarnya, apa tanggapannya tentang aku.
***
Buku itu buku tulis biasa, yang cukup tebal dan bersampul biru muda. Ia tergeletak pasrah begitu saja di mejaku. Aku datang terlalu pagi--aku sendirian di kelas yang masih kosong ini.
Kalau pun aku buka,
Kalau pun aku tidak buka,
Hanya Tuhan, aku, dan buku catatan itu saja yang tahu apa yang terjadi di antara kita.
Itu buku catatan pribadi Ani, ketinggalan.
***
Bagiku, Ani tidak terlihat seperti orang yang menulis catatan pribadi setiap hari. Aku kira cuma orang-orang yang terlihat pendiam dan pintar atau kebanyakan baca Princess Diaries yang melakukannya. Ani tidak seperti itu--ia banyak bicara dan sering tertawa keras-keras. Walaupun belakangan aku menyadari, dengan agak ngeri, bahwa ia tidak pernah bicara tentang dirinya dan ia tidak selalu tertawa dari hatinya.
Ani punya banyak teman. Tapi lebih merupakan teman-halo atau teman-ayo, bukan teman dalam masalah atau semacamnya. Aku juga tidak punya teman yang sebegitu dapat kuandalkan sih, memang tidak seperti kartun-kartun Disney--tapi entahlah. Kehadiran si Ani teman sebangkuku ini terlihat kesepian.
Semakin hari aku semakin pandai melihat bentuk-bentuk topeng yang dia pakai.
Aku penasaran juga, sebenarnya, apa yang dia pikirkan.
Aku ingin tahu juga, sebenarnya, apa tanggapannya tentang aku.
***
Buku itu buku tulis biasa, yang cukup tebal dan bersampul biru muda. Ia tergeletak pasrah begitu saja di mejaku. Aku datang terlalu pagi--aku sendirian di kelas yang masih kosong ini.
Kalau pun aku buka,
Kalau pun aku tidak buka,
Hanya Tuhan, aku, dan buku catatan itu saja yang tahu apa yang terjadi di antara kita.
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia
Kintaka
-
▼
2011
(139)
-
▼
Februari
(25)
- Badut
- Teteup
- Dia Terbiasa
- Bangun Tidur Kuterus Bingung
- Ishak
- Pertama Kali bagi Mirna
- Sensasi
- (ADUH)
- Seperti
- (aduh)
- Lapar Mata
- Memperhatikan Awan, Itu, Seperti Mendengarkan Lagu
- (menunda...)
- Kalau Sampai Hari Punya Nama
- Pada Suatu Hari
- Pencuri
- Baik
- #!?@*#$!!?
- (duduk di tengah ramai...)
- Yang Majikan Tidak Pernah Tahu
- (...)
- Ngawang-Ngawang
- Asing Orang
- Jangan Meninggalkan Catatan Pribadi Sembarangan
- Terpotong
-
▼
Februari
(25)