Pak Polisi

On Kamis, 16 Juni 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / Reply
Lewat gestur, laki-laki bertopi dan berseragam itu menyuruhku menepi. Maka, dengan pelan dan jantung berdegup, aku menepikan mobil dan menurunkan kaca jendela.

"Siang, Mbak," kata Pak Polisi.

"Ehm. Siang," kataku dengan kegugupan yang terbaca. Ditatapnya aku tajam. Matanya seperti mata elang yang mengintimidasi.

"Bisa saya lihat SIM dan STNK-nya?"

Kubuka tasku untuk mengambil SIM di dompet, tapi karena gugup, dompetku terjatuh. Aku menunduk untuk mengambil, tapi karena canggung, kepalaku membentur setir dan klaksonku berbunyi: DIIIIN! Polisi lain di depan mobilku melonjak kaget.

"Mbak?"

"Eh, iya! Maaf, Pak. Ini..." aku menyerahkan surat-suratku; diambilnya sambil menatapku curiga. Dengan intens ia membandingkan fotoku dengan wajahku yang berkeringat dingin.

Setelah beberapa lama memeriksa, dikembalikannya kartu-kartuku. "Terima kasih," katanya, sambil membuat gestur yang mempersilakan mobilku untuk pergi.

"Oh, ya. Makasih, Pak." Aku cabut.

Aku menghela napas lega dan memasang radio. Mendengarkan lagu adalah salah satu resep penenang hati, setahuku.

Fiuh.

...

Tidak, aku tidak menyembunyikan apa-apa. Aku cuma suka gugup di depan polisi.

Reply