Pertama Kali bagi Mirna
On Minggu, 20 Februari 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
Reply
"Fiftitty dallas."
Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming dia.
"Oh!" Sadar, Mirna buru-buru merogoh dompetnya. "Fifty-three dollars, wait."
Mirna masih kesulitan mengerti bahasa yang digunakan di sini: Inggris berlogat Asia Timur. Maklum, ini kali pertama ia pergi ke Singapura. Walaupun tujuan utama trip ini adalah untuk melihat-lihat calon universitasnya (pernyataan yang masih perlu diaminkan), tapi, sebagai anak SMA yang baru lulus, Mirna juga berniat akan memanfaatkan uang saku yang dipercayakan oleh Bunda semaksimal mungkin.
"Itu, apa tuh, Mir, lucu," Kiren, temannya yang berwajah keindiaan dan agak sering disapa dengan bahasa India di sini, menunjuk sebuah kios kecil di zona pejalan kaki. Kecil, tapi sangat meriah. Ramai, dan benar, "lucu". "Ih, warna-warni. Mau liat, ah, Mir!"
Mirna sudah agak lelah sebenarnya, sudah dari jam sembilan pagi sampai sekarang, enam jam kemudian, ia dan Kiren mengelilingi Orchard--tentu saja--dan sekitarnya. Tapi dasar wanita, pegal di kaki bisa hilang seketika begitu melihat yang lucu, cantik, bagus, keren, dan kata sifat subyektif lainnya.
"Ayuk, deh."
Ketika mereka berbelok ke arah kios itu, mata Mirna bertemu dengan seorang bapak-bapak Cina berkemeja rapi yang sedang menelepon entah-siapa. Tiga orang anak laki-laki--paling maksimal SMP--berlalu, salah satu dengan skateboardnya. Selain itu banyak lagi orang-orang lain, kebanyakan lewat dengan langkah buru-buru yang tidak dinikmati dan muka datar.
Tiba-tiba Mirna menyadari sesuatu. Ia tertegun:
Kantong-kantong plastik yang dipegangnya dengan erat di tangannya; Kiren yang dengan semangat mendahului dia menuju kios; kios yang ramai dengan benda-benda yang lucu dan tidak penting; matahari yang menyengat; gedung-gedung yang mewah dan berusaha tampil atraktif; orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya...
Mirna sudah pernah melihat semua ini sebelumnya. Ia sudah pernah mengalami ini. Ia sudah pernah berada di sini. Segalanya persis; selama beberapa detik Mirna merasa yakin ia sedang mengulangi masa lalu.
Tapi ia tidak ingat detailnya, ia tidak ingat dimana dan kapannya.
Yang ia ingat adalah sebuah tulisan yang ia baca tidak lama lalu di sebuah laman di internet: katanya, "déjà vu" artinya "all over again".
Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming dia.
"Oh!" Sadar, Mirna buru-buru merogoh dompetnya. "Fifty-three dollars, wait."
Mirna masih kesulitan mengerti bahasa yang digunakan di sini: Inggris berlogat Asia Timur. Maklum, ini kali pertama ia pergi ke Singapura. Walaupun tujuan utama trip ini adalah untuk melihat-lihat calon universitasnya (pernyataan yang masih perlu diaminkan), tapi, sebagai anak SMA yang baru lulus, Mirna juga berniat akan memanfaatkan uang saku yang dipercayakan oleh Bunda semaksimal mungkin.
"Itu, apa tuh, Mir, lucu," Kiren, temannya yang berwajah keindiaan dan agak sering disapa dengan bahasa India di sini, menunjuk sebuah kios kecil di zona pejalan kaki. Kecil, tapi sangat meriah. Ramai, dan benar, "lucu". "Ih, warna-warni. Mau liat, ah, Mir!"
Mirna sudah agak lelah sebenarnya, sudah dari jam sembilan pagi sampai sekarang, enam jam kemudian, ia dan Kiren mengelilingi Orchard--tentu saja--dan sekitarnya. Tapi dasar wanita, pegal di kaki bisa hilang seketika begitu melihat yang lucu, cantik, bagus, keren, dan kata sifat subyektif lainnya.
"Ayuk, deh."
Ketika mereka berbelok ke arah kios itu, mata Mirna bertemu dengan seorang bapak-bapak Cina berkemeja rapi yang sedang menelepon entah-siapa. Tiga orang anak laki-laki--paling maksimal SMP--berlalu, salah satu dengan skateboardnya. Selain itu banyak lagi orang-orang lain, kebanyakan lewat dengan langkah buru-buru yang tidak dinikmati dan muka datar.
Tiba-tiba Mirna menyadari sesuatu. Ia tertegun:
Kantong-kantong plastik yang dipegangnya dengan erat di tangannya; Kiren yang dengan semangat mendahului dia menuju kios; kios yang ramai dengan benda-benda yang lucu dan tidak penting; matahari yang menyengat; gedung-gedung yang mewah dan berusaha tampil atraktif; orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya...
Mirna sudah pernah melihat semua ini sebelumnya. Ia sudah pernah mengalami ini. Ia sudah pernah berada di sini. Segalanya persis; selama beberapa detik Mirna merasa yakin ia sedang mengulangi masa lalu.
Tapi ia tidak ingat detailnya, ia tidak ingat dimana dan kapannya.
Yang ia ingat adalah sebuah tulisan yang ia baca tidak lama lalu di sebuah laman di internet: katanya, "déjà vu" artinya "all over again".
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia
Kintaka
-
▼
2011
(139)
-
▼
Februari
(25)
- Badut
- Teteup
- Dia Terbiasa
- Bangun Tidur Kuterus Bingung
- Ishak
- Pertama Kali bagi Mirna
- Sensasi
- (ADUH)
- Seperti
- (aduh)
- Lapar Mata
- Memperhatikan Awan, Itu, Seperti Mendengarkan Lagu
- (menunda...)
- Kalau Sampai Hari Punya Nama
- Pada Suatu Hari
- Pencuri
- Baik
- #!?@*#$!!?
- (duduk di tengah ramai...)
- Yang Majikan Tidak Pernah Tahu
- (...)
- Ngawang-Ngawang
- Asing Orang
- Jangan Meninggalkan Catatan Pribadi Sembarangan
- Terpotong
-
▼
Februari
(25)
Tadi ade perempuan saya bilang gini:
"Bang, mau baca blog temen abang yang itu dong."
"Hah? Yang mana?"
"Yang gav--apa--gavrila itu... Abis blognya bagus, enak dibaca. Nggak kayak blog lu."
Ciehh, punya penggemar