Rusman dan Hana
On Kamis, 09 Juni 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
Reply
Rusman sedang duduk-duduk di kursi taman kota. Dengan jaket kulit, kacamata hitam, jins belel, rokok, dan bodi yang tidak mandi selama tiga hari, dia merasa cukup keren. Teman-temannya sepertinya setuju. Mereka semua tertawa keras-keras bersamanya, menepuk punggungnya dan memanggilnya 'bro'.
Salah seorang dari mereka, yang gondrong dan bernama Herman, membunyikan motornya keras-keras--asap tebal menyemprot keluar knalpotnya.
"Eh, Bro," Herman menepuk Rusman dan bersiul kencang. "Tuh."
Rusman menoleh. Rupanya ada seorang perempuan yang baru datang ke taman ini. Dia duduk sendirian di kursi taman, tidak begitu jauh dari gerombolan preman itu. Pilihan lokasinya memang tidak bijaksana.
Herman tertawa penuh arti dan memberi isyarat kepada Rusman.
Perempuan itu membawa minuman di gelas plastik. Diminumnya dengan sedotan.
"Mau dong, jadi sedotannya!" seru Rusman. Teman-temannya tertawa senang.
Perempuan itu menoleh sedikit, menarik napas, membuangnya, lalu pindah tempat.
Lalu giliran Rusman yang menarik napas, tapi tak kunjung dibuangnya. Agak kaget dia, karena perempuan tadi rupanya teman SDnya dulu, si Hana. Si Hana yang teman akrabnya selama empat tahun di SD dan begitu lulus pindah ke Australia.
Tawa teman-temannya seakan melambat dan memberat, seperti di slow-motion. Rusman hanya melongo. Untuk sepersekian detik tadi, dia sempat berpikir untuk menghampiri Hana dan menanyakan kabarnya. Lalu ia melihat rambut gimbal, jins belel, mencium bau badannya sendiri, dan mengurungkan niat bodoh itu.
Salah seorang dari mereka, yang gondrong dan bernama Herman, membunyikan motornya keras-keras--asap tebal menyemprot keluar knalpotnya.
"Eh, Bro," Herman menepuk Rusman dan bersiul kencang. "Tuh."
Rusman menoleh. Rupanya ada seorang perempuan yang baru datang ke taman ini. Dia duduk sendirian di kursi taman, tidak begitu jauh dari gerombolan preman itu. Pilihan lokasinya memang tidak bijaksana.
Herman tertawa penuh arti dan memberi isyarat kepada Rusman.
Perempuan itu membawa minuman di gelas plastik. Diminumnya dengan sedotan.
"Mau dong, jadi sedotannya!" seru Rusman. Teman-temannya tertawa senang.
Perempuan itu menoleh sedikit, menarik napas, membuangnya, lalu pindah tempat.
Lalu giliran Rusman yang menarik napas, tapi tak kunjung dibuangnya. Agak kaget dia, karena perempuan tadi rupanya teman SDnya dulu, si Hana. Si Hana yang teman akrabnya selama empat tahun di SD dan begitu lulus pindah ke Australia.
Tawa teman-temannya seakan melambat dan memberat, seperti di slow-motion. Rusman hanya melongo. Untuk sepersekian detik tadi, dia sempat berpikir untuk menghampiri Hana dan menanyakan kabarnya. Lalu ia melihat rambut gimbal, jins belel, mencium bau badannya sendiri, dan mengurungkan niat bodoh itu.
***
"Hana, ya?"
Perempuan cantik itu mendongak. Wajahnya tidak berekspresi. Lalu dia melongo kaget. Lalu dia berkata tidak yakin, "Rus... man?"
"Iya. Hehe. Apa kabar, Han?"
"Eh. Baik, baik! Loe?"
"Yah. Ginilah!" Rusman mengangkat bahu. "Kapan balik dari Australia?"
"Oh, udah lama juga sih!"
Lalu mereka berbincang. Tentang apa saja yang sudah terjadi di hidup yang lain, tentang gosip teman SD, dan beberapa nostalgia yang masih nyangkut di ingatan. Biasa, seperti apa yang dibicarakan dalam pertemuan singkat yang diatur oleh Nasib. Di pertemuan semacam itu, masing-masing mengamati apa yang Waktu telah lakukan pada yang lain. Dan yang satu akan bertanya dalam hati, Kenapa loe jadi gini?
Perempuan cantik itu mendongak. Wajahnya tidak berekspresi. Lalu dia melongo kaget. Lalu dia berkata tidak yakin, "Rus... man?"
"Iya. Hehe. Apa kabar, Han?"
"Eh. Baik, baik! Loe?"
"Yah. Ginilah!" Rusman mengangkat bahu. "Kapan balik dari Australia?"
"Oh, udah lama juga sih!"
Lalu mereka berbincang. Tentang apa saja yang sudah terjadi di hidup yang lain, tentang gosip teman SD, dan beberapa nostalgia yang masih nyangkut di ingatan. Biasa, seperti apa yang dibicarakan dalam pertemuan singkat yang diatur oleh Nasib. Di pertemuan semacam itu, masing-masing mengamati apa yang Waktu telah lakukan pada yang lain. Dan yang satu akan bertanya dalam hati, Kenapa loe jadi gini?
***
Daripada begitu, lebih baik Rusman duduk saja di kursinya yang jauh, ikut tertawa keras dengan teman-temannya dan tidak menyapa.
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia
Cerita ini soundtracknya ini: http://www.youtube.com/watch?v=fp0SYSRrtsk
"Preman kudisan di alam bahagia
melupakan neraca sang kodrat
adanya"
Iyaya betoel. Tdnya kepikir gara-gara di taman kok jadi rada RaditJani haha