Gemas

On Sabtu, 22 Januari 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / Reply
Mulutnya komat-kamit tanpa henti, suaranya berat dan nadanya datar. Ia menunjuk-nunjuk papan tulis dengan kapurnya yang pendek, tuk tuk tuk. Apa itu, angka-angka rumit di papan tulis hitam itu, sepertinya penting. Sepertinya akan berguna untuk UAS yang sudah mau datang itu. Sepertinya aku harus memperhatikan dan mencatat dengan fokus tinggi.

Tapi aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi.

Alih-alih kepada angka-angka penting itu, perhatianku malah jatuh pada bercak-bercak putih menyebalkan di papan tulis. Tahu, tidak? Itu, bercak-bercak kapur yang tersisa setiap kali dia menghapus dengan tidak bersih. Ayunan penghapus yang tidak niat dan tidak jelas menyebabkan bercak sialan tersisa. Gemas. Aku tidak tahu apakah aku yang kelainan atau bagaimana, yang jelas ini benar-benar menggangguku. Bercak-bercak putih yang nanggung. Yang bikin gemas. Yang bikin gila.

"Sudah dicatatnya?" katanya dengan nada datar yang sama. "Nah, lanjut, ya..."

Sret.

Sial, niat nggak sih menghapusnya? Terus saja kau tinggalkan bercak putih di ujung-ujung papan tulis yang tidak bisa kau capai karena tinggimu tidak sampai 160 sentimeter.

Aku tidak menangkap apa pun yang ia komat-kamitkan hari itu.

Sret.

Dan bercak-bercak putih tetap ada di sana sampai bel berbunyi dan aku pun meninggalkan kelas.

Di luar pintu kelas, anehnya, perasaan sebal yang tidak penting itu langsung menguap. Kesadaran akan kehidupan di luar papan tulis mulai merasuki diri, bersamaan dengan kesadaran akan adanya hal-hal yang lebih penting dan lebih menyenangkan untuk dipikirkan.

***

"Kak, Mama sudah di depan, ya."

Ibuku sendirian rupanya, menyetir. Sebagai anak yang sopan dan menghormati orang tua, supaya ibuku tidak terlihat seperti supir, tentu saja aku duduk di depan.

"Gimana tadi di sekolah?"

"Hm, yah."

Hari itu hujan. Kaca di depanku jadi penuh dengan titik-titik; ratusan tetes air hujan. Ibuku mengaktifkan wiper.

Wiper bergerak dengan konstan: sret, sret, sret.

Oh.

Lihat itu, lihat spot kecil yang terlihat seperti sirip hiu itu. Yang, sementara sekelilingnya dilap sampai bening, tetap penuh tetes-tetes air hujan karena tidak tersentuh oleh wiper.

Sret, sret, sret.

Spot kecil menyebalkan yang tidak tersentuh. Spot yang nanggung dan bikin gila.

Lihat itu.

...gemas.

Reply