Malik Bikin Lirik

On Jumat, 14 Januari 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / Reply
Malik hanya seorang anak SMP biasa. Ia tidak terlalu pandai secara akademis, nilai-nilainya termasuk gologan menengah ke bawah. Ia juga tidak jago olahraga. Bahkan kalau sedang tes lari, Malik sering menjadi yang kedua terakhir. Yang terakhir sudah pasti Fariz, Si Gendut. Biasanya Malik hanya sekitar lima meter di depan Fariz. Padahal Malik tidak gendut. Malahan dia kurus sekali. Kurus sekali seperti tidak pernah diberi makan.

"Ayo, makan, Lik," kata kakeknya. Malik tinggal bersama kakek dan neneknya karena kedua orang tuanya bekerja di luar negeri dan Malik tidak mau ikut ke luar negeri. "Kamu kurus sekali."

Kakek dan nenek Malik selalu khawatir mengenai kesehatan cucu mereka. Tapi mereka lebih khawatir lagi ketika tiba saat pengumuman kelulusan UAN SMP. Mereka khawatir Malik tidak lulus, karena setahu mereka Malik tidak begitu pandai di sekolah. Malik sendiri tenang-tenang saja. Bukan karena dia yakin lulus, tapi karena memang dia orangnya begitu. Orangnya tenang-tenang saja.

Ketika ternyata Malik lulus, kakek dan neneknya melompat girang dan tertawa bahagia. Malik tenang-tenang saja.

***

Meskipun lulus, bukan berarti Malik bisa masuk ke SMA yang bagus. Karena nilai UAN-nya yang buruk, Malik sulit mendapatkan sekolah yang mau menerimanya. Akhirnya ia masuk ke sebuah sekolah swasta yang tidak begitu terkenal.

Eh, terkenal, ding. Terkenal sebagai sekolah "anak-anak buangan".

***

Tadi saya bilang Malik hanya seorang anak SMP biasa, ya? Wah, berarti saya bohong. Karena sebenarnya Malik bukan sekadar anak SMP biasa. Dibalik semua kelemahannya yang lain, Malik memiliki bakat terpendam. Si Malik ini bisa bernyanyi, dan lihai sekali bermain gitar. Sungguh sangat lihai sekali.

Dulu, waktu Malik masih SD, ayahnya pernah mengajari dia main gitar. Begitu ayah dan ibunya pergi ke luar negeri, Malik tetap terus bermain gitar. Neneknya juga sering mengajari dia--nenek Malik dulu gitaris dan penyanyi, walaupun tidak terlalu terkenal. Lama-lama, dia lebih jago daripada neneknya. Malik terus belajar dan berlatih. Dibantu internet, buku, dan lain-lain.

Di SMP-nya, tidak ada yang tahu keahlian Malik ini, kecuali teman dekatnya yang bernama Bowo. Bowo masuk ke SMA yang sama dengan Malik karena Bowo juga tidak begitu pandai. Di SMA, Bowo memberitahu semua orang bahwa Malik jago main gitar. Mulailah terdengar rumor bahwa ada gitaris jagoan di SMA kacangan ini, dan semua orang ingin mendengar Malik bermain. Malik pun diundang bermain gitar serta menyanyi di depan seluruh sekolah, termasuk para guru dan staf.

Ini adalah penampilan pertama Malik di depan umum. Biasanya, di penampilan pertama, orang cenderung gugup sehingga mainnya salah-salah. Tapi lain dengan Malik. Saya sudah bilang kan? Malik itu orangnya tenang-tenang saja. Apalagi dia ini memanglah sangat jago. Karena itu Malik bermain dengan bagus sekali sehingga seluruh isi sekolah kagum padanya. Ia menjadi terkenal dan makin terkenal. Temannya banyak dan pacarnya berganti-ganti. Baik guru maupun staf menjadi penggemarnya. Bahkan mereka minta tanda tangan.

***

Setelah penampilan itu, karir Malik sebagai musisi sangat lancar. Seorang teman yang punya koneksi menguntungkan menawarkannya untuk membuat album dan Malik setuju.

"Coba buat single aja dulu, Lik," kata temannya itu. "Nanti kita kirim ke mereka, demo gitu."

Maka duduklah Malik di kamarnya, memegang gitarnya, dan membuat lagu. Sebentar saja, ia sudah berhasil membuat musik yang indah. Nada-nada yang manis membentuk harmoni, sampai neneknya di lantai bawah tersenyum kagum. Baginya tidak sulit membuat sebuah lagu. Tapi ia punya masalah: ia tidak bisa membuat lirik. Malik tidak pernah bermain dengan kata-kata. Malahan, kosakatanya sedikit sekali.

Lalu ia mendapat ide brilian.

Malik meng-google puisi-puisi dan lirik amatir. Juga di koran, majalah, dan buku. Ia memilih-milih kata-kata yang bagi kupingnya terdengar indah dan, hampir sama pentingnya, pintar. Walaupun banyak kata yang tidak ia mengerti, tapi sembarang saja ia potong-potong dan gabungkan. Begini Malik menulis:
di ambang gelap sukma melemah
manifestasi petir buat mata bingung
sisa sensasi dari dua insan
lupalah! hei, kubilang lupalah!

oh, oh, masa lalu jadi hantu
oh, oh, teriak yang pergi mati

lelap di bawah kolong jembatan
gelap, babi pun tak kelihatan
kalap dia dihadapkan dengan cerita
hei, bangunlah! hei, bangunlah!

para dewa berdecak gemas
pada para tawanan tertipu
hingar-bingar pesta tak selesai
bangunlah!, kata mereka bangunlah!

ya, ya, kepulan pekat kabut pagi
ya, ya, sinar mentari yang lemah

lelap di bawah kolong jembatan
gelap, babi pun tak kelihatan
kalap dia dihadapkan dengan cerita
hei, bangunlah! hei, bangunlah!

***

Lagu itu dia beri judul Babi di Bawah Kolong Jembatan. Orang-orang di perusahaan musik yang mengurus album Malik tidak mengerti apa arti lagu ini, tapi mereka malu untuk bertanya. Lagipula musiknya sangat menjual. Maka jadilah Malik membuat album. Satu album Malik liriknya seperti itu semua. Ia memotong puisi dan lirik orang, dan menggabungkannya. Semuanya tidak ada artinya.

Album Malik ternyata disukai banyak orang. Para remaja senusantara mengagumi kehebatan Malik menggubah musik dan mereka bilang "liriknya sangat puitis".

Suatu hari, ketika sedang "berburu lirik" di internet, Malik menemukan sebuah forum yang membahas lirik lagu Babi di Bawah Kolong Jembatan. Was-was tapi penasaran, Malik membaca forum tersebut. Banyak sekali yang berkomentar, ada seratusan orang!
Saya suka sekali lagu Babi di Bawah Kolong Jembatan, begitu tulis Siti dari Depok. Selain karena lagunya enak, liriknya juga keren banget! Menceritakan kisah cinta dua orang pengamen miskin di bawah jembatan, sungguh sebuah terobosan baru di perlirikan Indonesia! Hehe, salut buat Malik!
Malik ini memang mamen banget deh!, tulis Davi dari Jakarta. Babi di Bawah Kolong Jembatan menggambarkan kebanyakan remaja Indonesia yang kebanyakan pesta, hura-hura, padahal dalam hati semuanya tuh sedih! Go Malik! Jarang ada musisi Indonesia yang bikin lirik sedalem ini!
Pertama kali gue dengerin Babi di Bawah Kolong Jembatan, Nunu dari Jogja menulis. Gue pikir, Apaan sih ini orang, sok berat. Tapi begitu gue dengerin lagi, dan gue ngertiin maksudnya dia, wah gue kagum bangetlah. Malik bener-bener mikirin politik Indonesia yang udah nggak jelas ini, dan bisa nyampein pesannya dengan tepat banget, lewat lagu ini.

Malik bengong. Rasanya dia tidak pernah menulis tentang 'kisah cinta pengamen di bawah kolong jembatan' dan 'remaja hura-hura tapi sedih', apalagi 'politik Indonesia'. Baca koran saja tidak pernah!

...

Ah, sudahlah, pikir Malik. Asal mereka senang, saya juga senang. Mereka dapat pencerahan, saya dapat uang.

Maka teruslah Malik membuat lirik-lirik ngasal, potongan beragam puisi dari berbagai sumber. Semakin hari ia semakin terkenal. Bingung, tapi kaya. Ia disenangi oleh berbagai kalangan. Bermacam-macam orang menyukai musiknya, tapi terlebih lagi lirik-lirik lagunya. Lirik-lirik yang sama sekali tidak ada arti bagi Malik, tapi ternyata bisa menjelma menjadi ribuan arti bagi pendengarnya.

2 Responses to “Malik Bikin Lirik”

Comments

  1. comradely says:

    Tadi saya bilang Malik hanya seorang anak SMP biasa, ya? Wah, berarti saya bohong. jujur.. hehe..

    kunjungi blog aku juga ya.. di Blog Tutorial dan Tips

Reply