Sok Saja Sih

On Minggu, 23 Januari 2011 / By Gavrila Ramona Menayang / Reply
Cak, cak.

Itu bunyi permen karet Gilang yang dikunyahnya keras-keras.

Dengan wajah mengantuk-asyik, kemeja putih, jins, sepatu kets belel, dan sikap sok-santainya yang biasa, ia melangkah masuk ke gedung berlantai entah-berapa-puluh itu. Anak baru ini rupanya tidak ingin terlihat tegang--walaupun sebenarnya iya--ataupun gugup--walapun sesungguhnya banget. Tapi ia malah mendapat lirikan tidak setuju dari tante-tante dan om-om berbaju rapi yang dengannya ia berpapasan--sepertinya menganggap perilaku si Gilang ini sebagai sindiran untuk mereka-mereka yang umurnya sudah lebih uzur.

Gilang sih berlagak tidak peduli saja, dan berjalan dengan langkah yang diringankan menuju ruangan yang dituju. Ruangan kecil yang ada sofanya satu.

Ia sendirian selama tiga menit.

.
.
.

Lalu, tak.

Seorang wanita tigapuluhan masuk. Cantik, sangat cantik. Rambutnya pendek dan riasan seadanya, natural tapi bukan naturalnya tukang salon. Kemeja, blazer, dan rok span yang warnanya mengenakkan mata, juga tas kerja yang modis. Dan hawa mengagumkan seorang wanita karir.

Tak, tak, tak, bunyi hak sepatunya.

Cak, cak, cak, bunyi permen karet Gilang.

Lalu diam selama empat menit.

.
.
.
.

Wanita itu duduk di sampingnya. Gilang sih sok keren saja, seperti bagaimana dia biasanya. Sok cuek. Seperti waktu SMP celananya sobek di depan kelas dan dia memasang wajah santai. Padahal kalau perasaannya tergambar di wajahnya, pasti sudah seperti kepiting rebus. Gilang diam saja, sok tidak sadar di sampingnya ada wanita karir cantik berambut pendek. Padahal dari ujung mata ia sesekali memperhatikan.

Lalu diam selama dua menit.

.
.

"Eh, maaf--" si wanita karir bersuara.

"Ya?" Gilang menjawab keras dan menengok. "Kenapa?"

Wanita itu menoleh dalam diam, memandang si lelaki bau kencur berpakaian jelek itu dengan bingung. Lalu berputar sedikit untuk menunjukkan benda kecil bernama telepon genggam yang kepadanya dia sedang berbicara.

Dan bukan kepada Gilang.

"Em," wanita itu memalingkan wajah lagi. "Iya, maaf, Pak, saya mau nanya ini kalau..."

Lalu wanita itu ngomong sama si 'Pak' di seberang sana selama satu menit.

.

Gilang sih sok cuek saja, walaupun sebenarnya malu. Gilang sih sok tidak peduli saja, walaupun sebenarnya menyesal. Gilang sih sok keren saja, walaupun sebenarnya tidak ada keren-kerennya lagi sekarang--dan dari dulu pun tidak.

catatantambahan: diselesaikan pukul sebelas lewat lima puluh lima, ditaruh di sini pukul dua belas lewat dua puluh lima.

Reply