Cerita Malaikat Kaca
On Jumat, 07 Januari 2011 /
By Gavrila Ramona Menayang /
Reply
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sekali, Julian akan merapikan kamarnya habis-habisan. Ia merapikan semua buku-bukunya, melipat semua baju di lemarinya, menyapu, dan bahkan mengepel. Kamarnya akan luar biasa rapi setelah itu.
Proses pembersihan kamar ini tidak pernah cepat. Berjam-jam ia habiskan. Bukan karena kamarnya luas atau apa, tapi karena Julian selalu berhenti di sana-sini, mengamati barang-barangnya yang bercerita.
Kali ini, Julian berhenti saat membuka laci kecil di bagian bawah lemari bukunya. Sudah lama ia tidak membuka laci ini. Laci ini berisi barang-barang kenangannya--selama SD sampai SMP. Sejak ia SMA sampai sekarang, di tahun awal kuliahnya, ia tidak pernah lagi membuka laci ini. Mungkin karena, seperti kebanyakan teman-temannya, sekarang ia merasa tidak begitu penting menyimpan "barang-barang kenangan". Semua yang bertemu akan berpisah pada akhirnya dan dia--sebagai orang dewasa--akan mulai membiasakan diri dengan itu.
Tapi beberapa tahun lalu Julian tidak berpikir seperti itu. Ia pikir, kalau ia menyimpan secuil bagian dari segala macam titik yang sudah dilaluinya itu, mungkin suatu saat ia bisa kembali lagi ke titik ini. Bukan untuk berdiam, hanya berkunjung sebentar. Sepucuk surat, gelang murahan, koin, dan lain sebagainya--barang-barang itu mengikat dirinya dengan semua titik yang lalu. Ia tidak pernah benar-benar berpisah dengan mereka. Mereka masih bagian dari dirinya.
...
Julian membuka sebuah amplop hijau. "Selamat hari Natal, Jul," begitu kata tulisan yang polos dan bulat-bulat ini. "Semoga tambah pintar. PS: dapat salam dari Hana." Julian tersenyum. Surat ini dari Gina, teman sebangkunya saat kelas 4 SD. Julian ingat; Gina tidak suka matematika, tapi gambarnya bagus sekali. Ia pernah menggambar anjingnya--di bagian atas kertas A3 itu ditulisinya besar-besar: "RORO, I love you." Sementara itu, Hana pintar sekali dalam matematika, tapi tidak suka menggambar. Sekarang Gina sudah berkuliah di Singapura dan Hana di Bandung.
Ia menutup amplop hijau itu dengan helaan napas. Lalu tangannya mengambil sebuah pensil kayu. Pensil itu diameternya dua kali lipat pensil standar, dan agak lebih panjang. Di batangnya tertulis, dengan spidol hitam: "JULIAN. Dari ANDI." Yang ini oleh-oleh dari Andi, temannya di masa SD. Andi pendiam dan sering bolos sekolah. Julian tidak pernah mendengar kabarnya lagi sekarang.
Diletakannya pensil itu, lalu perhatiannya beralih ke sebuah gelang kulit yang sudah lusuh. Gelang ini dibawanya dari Bali. Waktu itu, ia nyaris tenggelam karena ombak, dan seorang perenang menyelamatkannya. Laki-laki asal Eropa itu memuji keberanian Julian dalam menantang ombak, dan memberinya gelang kaki. Ia tidak ingat siapa nama penyelamatnya itu.
...
Sebuah pik gitar dari sebuah konser... Sepucuk surat dari mantan... Sebuah kalung yang tidak pernah diberikan... Sebuah gantungan kunci--
--Hm?
Julian mengamati gantungan kunci itu. Terbuat dari kaca yang tebalnya hanya beberapa mili. Bentuknya seperti malaikat yang menghadap ke samping; sayapnya layu dan jubahnya menutupi kaki. Ia tak bermata dan tak bermulut. Dipegangnya, diamatinya lekat-lekat.
Julian lupa.
Lama ia duduk di sana, di samping laci kecilnya, sambil memegang gantungan kunci misterius itu. Siapa yang memberikannya? Kapan ia mendapatkannya? Kenapa, dia menyimpannya?
Julian--yang dulu dan yang sekarang--yakin, tidak satu titik pun benar-benar berpisah dengannya. Tidak peduli dia menyimpan "barang kenangan" atau tidak. Bahkan, tidak peduli dia ingat atau tidak. Setiap titik melakukan sesuatu padanya dan ia pernah meresponi tiap titik itu. Ada kejadian kecil-kecil yang dengan perlahan sedang membentuk sesuatu.
Malaikat kaca hanya diam saja. Buta dan bisu. Sambil menyimpan cerita yang terlupakan.
Cabikan
-
“Wiiiinaaaaa!” Bahkan sebelum dia berteriak begitu, aku sudah bisa merasakan kehadirannya dari ujung lorong. Aku selalu bisa membaui aro...
-
"Selamat ulang tahun, Anya...!" Anya terdiam sejenak; dengan kaget memandang belasan wajah-wajah familiar dengan senyuman membeku-...
-
Sore itu, dua orang anak berambut cokelat berjalan pulang ke rumahnya--kakaknya yang perempuan rambutnya lebih terang, dan adiknya yang laki...
-
Ada roti manis dan biskuit keju di lemari, serta sekartun besar susu cokelat di kulkas. Aku mengambil semuanya itu dan memasukkannya ke dala...
-
Tolong aku. Kadang, kalau aku sedang duduk sendirian di kelas dan tidak benar-benar memikirkan apapun, aku melamun dan aku dapat mendengar s...
-
"Jadi, bagaimana kamu bilang cinta ke dia?" Matahari dan bekas-bekasnya sudah tidak kelihatan lagi. Cahaya di perpustakaan tua ini...
-
Kamar Julian tidak pernah rapi--kecuali selama beberapa hari, yang berlangsung kira-kira enam bulan sekali. Karena, kira-kira enam bulan sek...
-
Dan hari ini pun sama. Dia masih tidak menyapaku. Padahal aku sudah memaksakan diri bangun jam enam pagi, untuk dapat berangkat jam setengah...
-
Min itu temanku, yang sedang duduk di depanku, dengan latar yang berjalan terus. Sekarang aku bisa melihat ujungnya monumen nasional yang em...
-
"Fiftitty dallas." Mirna mengernyit selama sepersekian detik, memandang Cina di hadapannya. Si Cina balas menatap. Tak bergeming d...
Search
Nomina Insan
- Gavrila Ramona Menayang
- jong selebes, murid-Nya yang kinasih, duapuluh satu, mahasiswi arsitektur, tukang sketsa, tukang cerita, penata amatir, penyuka buah dan jajanan, pengguna aktif bahasa Indonesia
Kintaka
-
▼
2011
(139)
-
▼
Januari
(29)
- Dua tahun yang lalu, Rima membeli sebuah kacamata ...
- Dona berdiri di tengah-tengah jalanan yang ramai; ...
- Presisi
- (saya lupa)
- Tenang: Kisah Dadi Suhardja dan Tigapuluh Dua Anak...
- Putih
- Keluar ke Luar
- Tolong aku.Kadang, kalau aku sedang duduk sendiria...
- Sok Saja Sih
- Gemas
- Seandainya
- Kenapa Dia Senang Sekali Mendapat Anak Perempuan
- Dari Atas Pohon di Samping Danau
- laripagi
- BRUK! PRAK! BYAR!
- Merah
- Tante Lori
- Malik Bikin Lirik
- Khayal
- Abang
- Benar-Benar Sunyi Senyap
- BALI
- Penyesalan
- Cerita Malaikat Kaca
- dia diam
- Ujian Sudah Selesai
- Ibu dan/and Dad
- Telepon
- Emi Bercermin
-
▼
Januari
(29)
gavrila ramona, 3 menit lagi tanggal 9! щ(ºДºщ)
ada apa? ada apa?
Hah? Kok aneh ya, post tanggal 8 tertulis 23:48 tapi pas saya dateng 23:57 belum ada entry baru @_@
Ah, maaf maaf sudah membuat keributan
*kembali ke bangku penonton*
Hahahahaha XD eh iya emang baru selesai 23:57 sebenernya (makanya topiknya jadi itu -____-) 23:59 malah, + sedikit editan. iya nih jamnya beda hm hm kenapa ya
ehm, maaf.. ini nggak ada lanjutannya, ya? *penasaran*
*maaf ganggu* ._.v
Aduh maaf baru baca. Nggak adaa hehe ^^ terima kasih sudah mampiiiir